Tips & Strategi Membangun Budaya Customer Centric untuk Kemajuan Bisnis

Tips & Strategi Membangun Budaya Customer Centric untuk Kemajuan Bisnis

Strategi jitu menjadi kunci penting agar bisa bersaing di tengah ketatnya persaingan. Salah satunya adalah lewat penerapan kebijakan yang berpusat pada pelanggan atau dikenal dengan istilah customer centric. Namun, bagaimana upaya yang tepat dalam menerapkannya?

Untuk membantu Anda dalam mengimplementasikan strategi yang berpusat pada pelanggan secara tepat, simak pembahasannya berikut, ya.

Kenapa Perlu Bangun Budaya Customer Centric?

Anda mungkin berpikir, kenapa harus menerapkan budaya customer centric sebagai strategi bisnis? Alasan utamanya adalah karena strategi ini memberikan dampak positif untuk bisnis dalam jangka panjang. 

Budaya customer centric dapat mendorong tingginya angka kepuasan pelanggan. Perusahaan pun bisa menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Hal ini kemudian mendorong konsumen untuk loyal membuat mereka terus melakukan retensi pembelian.

Strategi Membangun Budaya Customer Centric

Dengan manfaat yang begitu penting, bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk dapat menerapkan budaya yang berpusat pada pelanggan? Ada 7 tips yang bisa Anda terapkan, yakni:

1. Lakukan Riset Mendalam tentang Pelanggan

Budaya yang berpusat pada pelanggan bisa Anda terapkan kalau mempunyai pengetahuan secara menyeluruh terkait karakteristik mereka. Oleh karena itu, kenali mereka. Caranya, Anda bisa menjalankan survei atau riset secara mendalam sehingga mendapatkan data terkait gambaran karakteristik para pelanggan.

2. Bentuk Tim Khusus untuk Penanganan Pelanggan

Budaya customer centric dapat Anda terapkan dengan memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Anda bisa melakukannya dengan menyiapkan tim khusus yang menangani para pelanggan. Bukan hanya customer support, tetapi Anda juga perlu menyiapkan frontliner yang siap melayani pelanggan dengan ramah. 

3. Manfaatkan Data Pelanggan

Data pelanggan sangat penting dan bisa Anda manfaatkan untuk memajukan bisnis. Oleh karena itu, susun data pelanggan secara rapi dan selanjutnya lakukan pemanfaatan data tersebut dengan optimal. 

Ada berbagai upaya dalam pemanfaatan data yang bisa dilakukan. Di antaranya adalah menggunakannya sebagai sarana memahami kondisi pasar, melakukan segmentasi pelanggan, maupun menyusun strategi pemasaran yang sesuai.

4. Berikan Pelayanan yang Personal

Upaya dalam meningkatkan budaya yang terpusat pada pelanggan selanjutnya adalah dengan menyediakan layanan yang personal. Layanan seperti ini membuat pelanggan menjadi lebih dihargai dan bisa menjadi nilai lebih yang tak didapatkan di tempat lain.

5. Hadirkan Solusi kepada Pelanggan

Sebagai bisnis yang berpusat pada pelanggan, Anda perlu mengetahui kebutuhan mereka. Selanjutnya, Anda dapat menawarkan solusi yang tepat untuk kebutuhan maupun permasalahan yang mereka hadapi. 

Solusi tersebut tidak harus selalu mendorong pelanggan untuk melakukan transaksi. Jadi, jangan berupaya untuk memaksakan kepada pelanggan kalau produk yang Anda tawarkan merupakan solusi untuk segala permasalahan mereka. 

6. Cermati Feedback Pelanggan

Budaya customer centric bisa Anda terapkan dengan selalu memberi perhatian kepada pelanggan. Apalagi kalau mereka memberikan kritik, saran, ataupun masukan. Anda perlu memperhatikan apa yang mereka sampaikan dengan cermat. 

Kritik, masukan, maupun saran merupakan salah satu bentuk perhatian pelanggan terhadap bisnis Anda. Kalau Anda mencermatinya dengan baik, maka pelanggan akan merasa mereka diperhatikan dan didengarkan. 

7. Evaluasi Berkala

Tips terakhir yang perlu menjadi perhatian dalam implementasi budaya customer centric adalah dengan melakukan evaluasi berkala. Gunakan berbagai informasi sebagai bahan evaluasi, termasuk di antaranya adalah data pelanggan, ataupun kritik, saran, dan masukan mereka sampaikan. 

Itulah 7 tips yang bisa menjadi upaya dalam membangun budaya yang berpusat pada pelanggan. Lakukan upaya tersebut dengan konsisten, maka Anda akan bisa merasakan manfaat positifnya bagi bisnis.

Praktik Terbaik untuk Assessment dan Umpan Balik Karyawan

Praktik Terbaik untuk Assessment dan Umpan Balik Karyawan

Assessment dan umpan balik karyawan adalah dua elemen penting dalam pengembangan dan retensi karyawan. Assessment adalah proses mengevaluasi kinerja, keterampilan, dan kemampuan karyawan. Sementara itu, umpan balik karyawan adalah proses memberikan informasi kepada karyawan tentang kinerjanya dan bagaimana mereka dapat meningkatkannya.

Meskipun kedua proses ini saling terkait, ada perbedaan penting di antara keduanya. Assessment berfokus pada pengukuran, sedangkan umpan balik berfokus pada pengembangan. Assessment memberikan gambaran tentang kinerja karyawan saat ini, sedangkan umpan balik membantu karyawan untuk meningkatkan kinerjanya di masa depan.

Apa Pentingnya Assessment dan Umpan Balik Karyawan?

Assessment dan umpan balik karyawan penting untuk beberapa alasan antara lain:

  • Meningkatkan kinerja. Assessment dapat membantu mengidentifikasi area tempat karyawan perlu meningkatkan kinerjanya. Umpan balik dapat membantu karyawan untuk belajar dari kesalahan mereka dan meningkatkan kinerjanya di masa depan.
  • Meningkatkan motivasi. Karyawan yang merasa dihargai dan didukung oleh perusahaan mereka lebih termotivasi untuk bekerja keras. Assessment dan umpan balik dapat menunjukkan kepada karyawan bahwa perusahaan mereka peduli dengan pengembangan mereka.
  • Meningkatkan retensi karyawan. Karyawan yang merasa puas dengan pekerjaan mereka lebih cenderung untuk tinggal di perusahaan mereka. Assessment dan umpan balik dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang positif dan membantu karyawan untuk merasa puas dengan pekerjaan mereka.
  • Meningkatkan pengembangan karyawan. Assessment dapat membantu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan. Umpan balik dapat membantu karyawan untuk menetapkan tujuan pengembangan dan melacak kemajuan mereka.
  • Meningkatkan komunikasi. Assessment dan umpan balik dapat membuka jalur komunikasi antara karyawan dan manajer mereka. Hal ini dapat membantu untuk membangun hubungan yang lebih kuat dan meningkatkan moral karyawan.

Praktik Terbaik Assessment Karyawan

Untuk melakukan assessment karyawan, ada beberapa langkah yang perlu Anda lakukan. Berikut adalah beberapa praktik terbaik untuk melakukan assessment karyawan:

  • Tetapkan tujuan yang jelas. Apa yang ingin Anda capai dengan assessment? Apa yang ingin Anda pelajari tentang karyawan Anda?
  • Gunakan berbagai metode penilaian. Gunakan kombinasi metode penilaian, seperti penilaian kinerja, survei umpan balik, dan observasi.
  • Berikan umpan balik yang konstruktif. Umpan balik harus spesifik, dapat ditindaklanjuti, dan berfokus pada pengembangan.
  • Libatkan karyawan dalam proses. Mintalah umpan balik dari karyawan tentang proses assessment.
  • Gunakan hasil assessment untuk menginformasikan keputusan. Gunakan hasil assessment untuk membuat keputusan tentang pengembangan karyawan, promosi, dan kompensasi.

Praktik Terbaik Umpan Balik Karyawan

Lalu, bagaimana dengan umpan balik karyawan? Berikut adalah beberapa praktik terbaik untuk memberikan umpan balik karyawan:

  • Berikan umpan balik secara teratur. Berikan umpan balik kepada karyawan secara teratur, bukan hanya selama tinjauan kinerja tahunan.
  • Berikan umpan balik secara pribadi. Berikan umpan balik kepada karyawan secara pribadi dan tatap muka.
  • Fokus pada perilaku, bukan pada orang. Fokuskan umpan balik Anda pada perilaku karyawan, bukan pada karakter pribadi mereka.
  • Gunakan bahasa yang positif. Gunakan bahasa yang positif dan konstruktif saat memberikan umpan balik.
  • Berikan kesempatan untuk pertanyaan. Berikan karyawan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan umpan balik mereka sendiri.

Assessment dan umpan balik karyawan adalah alat berharga yang dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan kinerja, motivasi, dan retensi karyawan. Dengan mengikuti praktik terbaik yang diuraikan di atas, perusahaan dapat memastikan bahwa assessment dan umpan balik mereka efektif dan bermanfaat bagi karyawan mereka.

Meningkatkan Selling Skills dengan Memahami Wawasan Pelanggan

Meningkatkan Selling Skills dengan Memahami Wawasan Pelanggan

Bila melihat makin kompetitifnya dunia bisnis saat ini, selling skills atau kemampuan berjualan sebuah bisnis adalah kunci untuk mendapatkan kesuksesan yang lebih besar. Untuk itu, pelaku usaha harus memiliki wawasan pelanggan atau customer insight yang akurat untuk tahu apa yang sebenarnya pelanggan inginkan. Agar lebih jelas, mari kita baca bahasan berikut ini untuk tahu cara-cara berjualan yang didasari oleh wawasan pelanggan.

Peran Customer Insight

Memahami Pelanggan Secara Mendalam

Wawasan pelanggan membantu bisnis memahami pelanggan mereka yang sebenarnya. Dengan menganalisis data demografi, psikografis, dan perilaku, perusahaan dapat melakukan penetrasi lebih dalam ke target audiensnya dan meningkatkan selling skills

Dengan memahami apa yang memotivasi pelanggan untuk membeli, apa yang mereka hargai, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan merek Anda, Anda dapat merancang kampanye iklan yang lebih relevan dan dipersonalisasi.

Personalisasi Promosi

Salah satu manfaat utama wawasan pelanggan adalah kemampuan untuk mempersonalisasi promosi. Promosi yang dipersonalisasi biasanya lebih efektif karena disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan spesifik  setiap segmen pelanggan. 

Dengan memanfaatkan data pelanggan, bisnis dapat mengirimkan pesan yang tepat pada waktu yang tepat, sehingga meningkatkan kemungkinan konversi dan loyalitas pelanggan. Personalisasi ini tidak  terbatas pada konten iklan, tetapi juga dapat mencakup penawaran khusus, rekomendasi produk, dan pengalaman berbelanja yang disesuaikan.

Meningkatkan Efisiensi Anggaran Promosi

Dengan wawasan yang tepat dan selling skills yang tepat, bisnis dapat menggunakan anggaran iklan mereka dengan lebih efisien. Daripada menghabiskan uang untuk kampanye yang menargetkan khalayak luas namun tidak terkait, perusahaan dapat fokus pada segmen yang paling mungkin memberikan hasil. 

Hal ini tidak hanya menghemat biaya tetapi juga meningkatkan return of investment (ROI) dari kampanye periklanan yang dilakukan. Dengan menyasar kelompok sasaran yang tepat, maka kampanye periklanan yang dilakukan akan lebih tepat sasaran dan efektif.

Mengidentifikasi Peluang Baru

Wawasan pelanggan juga dapat membantu Anda mengidentifikasi peluang baru di pasar. Dengan terus memantau tren dan perubahan  preferensi pelanggan, perusahaan dapat menemukan kesenjangan yang belum terpenuhi di pasar. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan produk dan layanan baru yang lebih memenuhi kebutuhan pelanggan. 

Selain itu, wawasan ini juga dapat membantu Anda memprediksi perubahan perilaku pelanggan, meningkatkan selling skills, dan menyesuaikan strategi periklanan Anda sebelum pesaing Anda melakukannya.

Meningkatkan Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan

Promosi yang tepat dan relevan tidak hanya meningkatkan penjualan, tetapi juga meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Ketika pelanggan merasa suatu merek benar-benar memahami kebutuhan mereka dan memberikan solusi yang tepat, mereka cenderung lebih bahagia dan loyal. 

Loyalitas pelanggan ini sangat berharga, karena pelanggan yang puas tidak hanya  membeli lagi, namun juga merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain, sehingga meningkatkan jangkauan promosi melalui promosi dari mulut ke mulut yang positif.

Mengukur dan Meningkatkan Kinerja Kampanye

Wawasan pelanggan juga menyediakan alat untuk mengukur kinerja kampanye iklan Anda. Dengan menganalisis data seperti tingkat respons, konversi, dan masukan pelanggan, bisnis dapat mengevaluasi efektivitas strategi periklanan mereka. Informasi ini sangat berharga untuk menyesuaikan dan meningkatkan kampanye di masa depan. 

Melalui pengukuran dan peningkatan yang berkelanjutan, bisnis dapat memastikan bahwa mereka selalu berada pada jalur yang tepat untuk mencapai sasaran periklanan mereka.

Kesimpulan

Dengan gabungan selling skills yang mantap dan wawasan pelanggan yang akurat, berbagai bisnis bisa menjadi lebih sukses dan lebih handal dalam membaca perkembangan pasar. Oleh sebab itu, semua bisnis harus selalu memperbarui cara berjualan mereka untuk tetap bisa bersaing di pasar yang dinamis.

Jenis Brand Loyalty Programs yang Bermanfaat untuk Bisnis

Jenis Brand Loyalty Programs yang Bermanfaat untuk Bisnis

Pelanggan sering datang dan pergi, apalagi jika menemukan brand lain yang lebih menarik. Hal ini memberikan dampak buruk pada keberlangsungan brand. Agar brand tidak kehilangan pelanggan, salah satu cara yang dapat digunakan adalah menerapkan brand loyalty programs.

Pengertian Brand Loyalty Programs

Brand loyalty programs merupakan program penghargaan yang diberikan oleh brand kepada pelanggan. Tujuan diadakannya loyalty program untuk terus mempertahankan bisnis dengan memastikan bahwa pelanggan akan terus setia dengan brand. 84% konsumen lebih mungkin untuk bertahan dengan brand yang menawarkan loyalty program.

Jenis Brand Loyalty Programs

Di sini ada beberapa jenis loyalty program yang cocok untuk digunakan brand:

Tiered Program

Program ini dibuat dengan sistem level, di mana semakin banyak pelanggan berbelanja maka semakin tinggi pula level yang dimiliki. Contohnya bisa dilihat pada Tokopedia yang menempatkan pelanggan ke dalam level bronze, silver, gold, platinum dan diamond. Setiap level itu memberikan keuntungan tersendiri yang menarik pelanggan untuk terus berbelanja agar bisa menempati tier tertinggi.

Selain memberikan keuntungan lewat diskon atau voucher eksklusif, tiered program menambahkan kesan status pada pelanggan. Mereka jadi lebih kompetitif untuk mendapatkan status yang lebih tinggi dalam program.

Point-based Program

Selanjutnya ada point-based program. Pada program ini, brand dapat memberikan poin kepada pelanggan dari setiap pembelian yang mereka lakukan. Misalnya dengan memberikan 5 poin saat pelanggan belanja Rp50.000. Tidak hanya belanja, poin juga dapat diberikan saat pelanggan sharing produk di media sosial, memberikan ulasan atau perayaan hari penting seperti ulang tahun.

Nantinya, poin yang sudah terkumpul itu dapat pelanggan redeem untuk voucher, diskon, cashback atau hadiah lainnya. Kesederhanaan program ini membuatnya cocok untuk brand yang baru pertama kali menerapkan brand loyalty programs.

Premium Program

Tidak seperti program sebelumnya, premium program mengharuskan pelanggan untuk membayar dahulu untuk mendapatkan keuntungannya. Bayaran program premium dapat berupa subscription bulanan atau tahunan. Umumnya program premium menawarkan layanan yang lebih eksklusif untuk pelanggan seperti pengiriman gratis, diskon besar atau akses layanan khusus.

Menurut penelitian dari McKinsey, anggota premium memiliki 60% lebih besar kemungkinan untuk berbelanja lebih banyak di brand. Meski begitu, premium program membutuhkan sumber daya yang besar untuk dijalankan jadi pastikan brand mampu memenuhinya sebelum memulai program.

Referral Program

Ingin brand semakin dikenal oleh orang-orang? Ajak pelanggan menjadi brand advocate lewat referral program. Program ini memberikan imbalan kepada pelanggan yang merekomendasikan brand kepada keluarga dan teman. Menariknya, orang-orang yang direkomendasikan itu dapat ikut merekomendasikan brand ke orang lainnya di masa mendatang.

Dibandingkan marketing channel lainnya, referral memiliki tingkat konversi 30% lebih tinggi. Oleh sebab itu brand perlu mempertimbangkan referral sebagai brand loyalty programs mereka.

Value-based Program

Tidak semua loyalty program harus dalam bentuk hadiah kepada pelanggan. Ada cara lain untuk meningkatkan loyalitas pelanggan yaitu dengan membuat program yang berkaitan dengan prinsip pelanggan dan brand. Program seperti itu disebut sebagai value-based program.

Sebagai contoh, brand mengajak konsumen untuk membeli produk yang beberapa persen dari pembelian tersebut akan didonasikan ke yayasan amal dan lainnya. Keuntungan dari program ini adalah mampu menjaga pelanggan untuk tetap setia juga memberikan brand reputasi yang baik. Brand pun dapat berkontribusi terhadap lingkungan dan sosial.

Penutup

Supaya brand loyalty programs dapat berjalan sesuai rencana, brand perlu melakukan riset terlebih dahulu. Lihat program mana yang paling sesuai dengan target pelanggan dan apakah brand mampu menjalankan program tersebut. Salah pilih program berisiko membuat pelanggan kecewa dan meninggalkan brand.

Bila riset sudah dilaksanakan, brand tinggal menerapkan program yang telah dipilih. Bahkan brand bisa menambahkan program lainnya jika program sebelumnya berhasil sehingga retensi pelanggan semakin berkurang.

Cara Mengumpulkan Feedback untuk Customer Feedback Loops

Cara Mengumpulkan Feedback untuk Customer Feedback Loops

Customer feedback loops sangat penting untuk kemajuan bisnis. Feedback yang didapatkan itu dapat membantu dalam meningkatkan produk dan layanan sehingga pengalaman pelanggan terus meningkat. Agar brand dapat menjalankannya, kumpulkan dahulu berbagai feedback dengan cara-cara berikut ini.

Cara Mengumpulkan Customer Feedback

Riset dari Survey Monkey menunjukkan jika 85% pelanggan kemungkinan memberikan feedback saat mendapatkan pengalaman baik dengan perusahaan dan 81% jika pengalamannya buruk. Inilah berbagai cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan customer feedback:

Survei NPS

NPS singkatan dari Net Promoter Score. Jenis survei ini digunakan untuk menghitung loyalitas pelanggan dengan melihat kemungkinan mereka merekomendasikan brand yang digunakan. Survei NPS dikembangkan oleh Bain and Company pada tahun 2003 dan kini telah dimanfaatkan oleh jutaan bisnis.

Untuk menghitung NPS, pelanggan akan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu promotor, detractor dan passive. Kategori tersebut didapatkan dari jawaban yang diberikan oleh pelanggan lewat pertanyaan, “Dari skor 0 sampai 10, seberapa mungkin Anda akan merekomendasikan produk atau layanan kami?”

  • Promotor: skor 9 dan 10
  • Detractor: skor 0 sampai 6
  • Passive: skor 7 dan 8

Setelah mendapatkan jawaban, nantinya perusahaan tinggal menghitung NPS dengan rumus NPS = %Promotor – %Detractor.

Monitor Media Sosial

Karena transformasi digital, media sosial sering dijadikan sebagai tempat pemasaran utama untuk bisnis. Ini karena pengaruh dan jangkauannya yang besar sehingga bisnis dapat menemukan pelanggan dari berbagai penjuru. Di media sosial juga biasanya pelanggan akan membicarakan produk dan layanan yang mereka gunakan.

Karena itu, brand dapat menggunakan media sosial untuk mengumpulkan feedback pada customer feedback loops. Monitoring sosial media dapat dilakukan dengan melihat komentar, mention dan DM yang dikirim pelanggan. Penting juga bagi brand untuk aktif di setiap channel media sosial yang dimiliki karena riset menunjukkan jika 59% pelanggan memandang baik brand yang merespons komplain di media sosial.

Dari sana bisa terlihat pentingnya media sosial untuk pengembangan bisnis. Brand dapat sekaligus memasarkan produk dan layanan serta menjalin hubungan dengan pelanggan lewat media sosial.

Formulir Feedback

Brand juga dapat memberikan formulir feedback kepada pelanggan untuk mengetahui pendapat mereka. Formulir tersebut akan memberikan informasi penting mengenai pengalaman pelanggan dengan brand dan produk atau layanan yang digunakan.

Misalnya, apa pelanggan menginginkan perbaikan, perasaan mereka terhadap produk atau layanan yang digunakan, pengalaman mereka selama menggunakan brand sampai apakah pelanggan akan berbelanja lagi. Lalu, data yang dikumpulkan itu akan memperlihatkan mana bagian yang harus diperbaiki dan mana yang berjalan dengan baik. Formulir feedback dapat brand berikan dalam bentuk digital atau fisik.

Ulasan Online

Pelanggan kerap kali meninggalkan ulasan online di platform digital, seperti Google Review dan TripAdvisor. Ulasan yang ditinggalkan pelanggan itu akan dijadikan acuan konsumen lain saat mereka berencana menggunakan bisnis yang disebut. Saking efektifnya, 88% konsumen mempercayai ulasan pengguna seperti halnya rekomendasi pribadi.

Selain itu, tidak jarang pelanggan menjadikan blog pribadi sebagai sarana berbagi review. Jangan lewatkan berbagai tempat ulasan online agar brand mampu mendapatkan berbagai informasi penting dari pelanggan secara menyeluruh untuk customer feedback loops.

Interaksi Layanan Pelanggan

Layanan pelanggan adalah jalan utama pelanggan dalam menghubungi brand. Biasanya layanan pelanggan diberikan dalam bentuk email, telepon atau livechat. Interaksi tersebut dapat dikumpulkan dan dianalisis untuk customer feedback loops.

Pada umumnya, brand akan mendapat banyak interaksi sehingga cara terbaik untuk mengelolanya adalah dengan mengategorikan topik feedback. Sebagai contoh, brand membagi topiknya menjadi perbaikan bug, desain produk atau kegunaan produk.

Penutup

Gunakanlah cara-cara di atas untuk mengumpulkan berbagai feedback dari pelanggan. Semua jenis feedback, dari yang negatif sampai positif, akan bermanfaat untuk bisnis. Setelah melakukan customer feedback loops, brand mampu mempertahankan pelanggan mereka dan mendapat kesempatan untuk menarik pelanggan baru.

Beragam Personalization Techniques untuk Email yang Harus Dicoba

Beragam Personalization Techniques untuk Email yang Harus Dicoba

Email menjadi sarana yang kuat untuk marketing dan menambah keuntungan mengingat banyaknya orang yang menggunakan email setiap harinya. Oleh sebab itu, perusahaan perlu memberikan yang terbaik dalam email marketing mereka, salah satunya dengan menerapkan personalization techniques.

Mengapa Personalization Penting?

Sebagai penggambaran, coba bayangkan Anda mendapatkan hadiah ulang tahun dari seseorang. Namun, mereka tidak memikirkan perasaan Anda saat memilih hadiah dan akhirnya memberikan Anda hadiah dengan asal-asalan.

Beda lagi jika Anda mendapatkan hadiah dari seseorang yang memikirkan dengan baik hadiah untuk Anda, mulai dari kesukaan sampai kebutuhan Anda. Hadiah yang diberikan akan lebih bermakna.

Sama halnya dengan konsumen yang menggunakan produk atau jasa Anda. Mereka akan merasa lebih dihargai bila Anda memberikan layanan yang dipersonalisasi. Dampaknya, mereka akan terus membeli produk dan layanan yang Anda tawarkan. Bahkan personalisasi dapat meningkatkan pendapatan hingga 760%.

Personalization Techniques untuk Email

Berikut ini ada beberapa personalization techniques yang dapat Anda terapkan dalam email marketing:

Mengoleksi Informasi Pelanggan

Langkah pertama untuk melakukan personalisasi adalah dengan mengumpulkan dan mengelola informasi mengenai pelanggan. Agar pelanggan tidak kewalahan saat akan mendaftar email list, berikan mereka pertanyaan yang sederhana, misalnya produk atau layanan yang menarik perhatian, usia, daerah tempat tinggal sampai anggaran bulanan.

Informasi tersebut dapat membantu dalam menyusun rekomendasi yang sesuai dengan tiap pelanggan.

Menyebutkan Nama

Meski sederhana, menyebutkan nama pelanggan termasuk personalization techniques yang penting. Hal ini lebih baik daripada memulai email dengan kalimat umum seperti “Hai, kamu!”.  Lalu, buat juga kalimat personal pada subject line untuk menarik perhatian mereka. Hasil riset Campaign Monitor menunjukkan jika menggunakan nama depan penerima di subject line dapat meningkatkan open rates hingga 26%.

Contoh:

“Hai Putri, lagi bingung cari baju baru untuk lebaran? Yuk, cek diskon 20% di toko kami!”

Tidak hanya menyebut nama pelanggan, nama seseorang yang mengirim email juga ikut berpengaruh. Orang akan cenderung lebih terhubung dengan email yang dikirimkan dengan nama seseorang. Bila sebelumnya perusahaan selalu mengirim dengan nama perusahaan, sebaiknya ganti dengan nama seseorang seperti “Lisa dari Brand A”.

Segmentasi Pelanggan

Supaya proses personalisasi semakin mudah, lakukanlah segmentasi pelanggan. Dengan segmentasi, perusahaan dapat mengelompokkan daftar pelanggan yang memiliki beberapa kesamaan dalam berbagai kategori. Pembagian kategorinya melingkupi jenis kelamin, lokasi, demografi, perilaku dan peran dalam organisasi.

Penerapan segmentasi pelanggan dapat dilihat pada situs Refinery29. Situs tersebut memberikan pertanyaan pada pelanggan mengenai lokasi tempat mereka tinggal, contohnya New York. Jadinya, pengguna yang tinggal di New York akan mendapatkan rekomendasi dan berita yang berkaitan dengan New York.

Memanfaatkan Email Otomatis

Personalization techniques lain yang dapat dimanfaatkan adalah email otomatis yang dipicu oleh perilaku konsumen. Email akan langsung dikirimkan ke pelanggan setelah mereka melakukan aktivitas tertentu, seperti mengunjungi situs web atau klik tautan.

Jenis email tersebut dapat berupa sambutan untuk pelanggan baru, pengingat produk yang stock-nya kembali tersedia atau baru rilis sampai ucapan terima kasih untuk yang mengikuti program membership. Pada beberapa bisnis, email otomatis ini mampu meningkatkan pendapatan mereka sampai 75%.

Memakai Tanggal Penting

Tanggal penting sering kali dirayakan, sebut saja ulang tahun, pernikahan sampai kelahiran anak. Karena sifatnya yang pribadi, tanggal penting ini juga dapat dijadikan bagian dari personalisasi dalam email.

Selain itu, perusahaan juga dapat menggunakan tanggal penting mengenai perjalanan pelanggan dengan brand, misalnya kapan pertama kali pelanggan membeli produk atau layanan, tanggal pelanggan subscribe dan lainnya.

Penutup

Karen memberikan banyak manfaat untuk bisnis, sudah saatnya personalization techniques ini diterapkan pada email. Buat email menjadi lebih menarik sehingga pelanggan terus merasa puas dengan layanan.

Tantangan dari Customer-Centric Strategies dan Solusinya

Tantangan dari Customer-Centric Strategies dan Solusinya

Semua orang tahu pentingnya pelanggan untuk bisnis. Walaupun keberadaan mereka sangat dibutuhkan, masih banyak perusahaan yang kesulitan dalam menjaga loyalitas mereka. Lama-lama perusahaan akan semakin terancam bila terus menerus kehilangan pelanggan. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengimplementasikan customer-centric strategies.

Strategi tersebut dapat membantu dalam meningkatkan pengalaman pelanggan. 84% perusahaan yang bekerja untuk memperbaiki pengalaman pelanggan mendapati peningkatan dalam pendapatan mereka. Tertarik untuk menerapkannya? Sebelum mulai, sebaiknya lihat dahulu tantangan strategi dan solusinya di bawah ini.

Peran Customer-Centric Strategies dalam Bisnis

Strategi yang mengedepankan pelanggan ini berperan dalam menjaga daya tahan bisnis. Mengingat kompetitor dan tren yang terus bertambah, perusahaan akan semakin kesulitan dalam mempertahankan pelanggan mereka. Dengan berfokus pada pelanggan, perusahaan dapat menjaga bisnis untuk bertahan dalam waktu yang lama.

Bukan itu saja bisnis yang menggunakan pendekatan customer-centric 60% lebih untung dibandingkan perusahaan yang tidak berfokus pada pelanggan. Ini membuktikan jika pendekatan tersebut memberikan keunggulan dibandingkan perusahaan lainnya.

Tantangan dari Customer-Centric Strategies dan Solusinya

Menerapkan customer-centric strategies bukan tanpa masalah, ada beberapa tantangan yang perlu diantisipasi. Berikut ini adalah tantangan dan solusi untuk mengatasinya:

Data Sharing Terhambat Karena Silo

Dalam bisnis, silo adalah sistem yang memisahkan setiap karyawan, biasanya didasarkan dari departemen karyawan itu bekerja. Contohnya, tim marketing memiliki silo tersendiri yang terpisah dari tim sales. Ini tandanya kedua departemen tersebut bekerja sendiri-sendiri tanpa kolaborasi dan data sharing.

Padahal sharing data mengenai pelanggan sangat penting dalam mengembangkan customer-centric strategies untuk perusahaan. Data-data tersebut yang akan digunakan dalam menentukan strategi. Masalah tersebut cukup umum bagi perusahaan karena sekitar 52% bisnis memiliki silo fungsional yang mencegah data sharing.

Karena itu, perusahaan harus membuat sistem data sharing yang efisien untuk tiap departemen. Perusahaan juga bisa membuat task force yang terdiri dari representatif dari berbagai departemen di mana mereka bisa saling berkolaborasi dan berbagi informasi satu sama lain.

Tidak Melihat Pelanggan Sebagai Individual

Saat melakukan riset pelanggan, banyak yang menyamakannya dengan riset pasar. Namun nyatanya kedua riset tersebut berbeda karena riset pasar melihat pelanggan dalam skala besar, sedangkan riset pelanggan melihat pelanggan sebagai individual. Ini karena tidak semua pelanggan memiliki perilaku yang sama.

Customer-centric strategies akan sulit diterapkan apabila perusahaan tidak memperhatikan pelanggan secara individual. Perusahaan bisa saja kehilangan pelanggan yang membutuhkan perhatian ekstra atau pelanggan niche. Hal tersebut akan berdampak pada pengalaman pelanggan.

Maka dari itu, perusahaan perlu membuat customer journey map secara mendetail. Map tersebut berguna untuk mengetahui informasi penting mengenai pelanggan dan menghindari perusahaan untuk mengategorikan pelanggan dalam kotak-kotak yang umum. Menariknya lagi, customer journey map mampu membantu perusahaan mengurangi hingga 15% – 20% biaya layanan.

Perlawanan Terhadap Perubahan

Supaya bisa menjalankan perusahaan yang fokus terhadap pelanggan, seluruh bagian dari perusahaan harus mendukung prosesnya. Setiap anggota perusahaan akan memiliki tugas sendiri yang berhubungan dengan pelanggan.

Misalnya, customer service yang menangani feedback pelanggan, tim marketing yang membuat promosi berorientasi pelanggan serta pengembang produk yang membuat produk sesuai keinginan dan kebutuhan pelanggan. Semua itu berperan penting dalam menciptakan budaya perusahaan yang berfokus pada pelanggan.

Sayangnya, tidak semua anggota perusahaan dapat menerima customer-centric strategies begitu saja. Dibutuhkan perubahan besar-besaran dalam operasi bisnis dan pendekatan yang membuat anggota merasa khawatir akan terjadi masalah di masa mendatang atau bertambahnya beban kerja mereka.

Untuk menangani perlawanan ini dan meningkatkan retensi karyawan, perusahaan dapat membuat strategi yang melibatkan karyawan. Kemudian, perusahaan jelaskan bagaimana strategi tersebut dapat bermanfaat baik untuk karyawan dan pelanggan. Siapkan juga pelatihan agar karyawan dapat memahami peran mereka dan memiliki keahlian mumpuni untuk menjalankannya.

Terlalu Fokus Pada Insentif

Banyak perusahaan memberikan insentif kepada karyawan hanya berdasarkan metrik performa mereka. Program tersebut dapat mendorong karyawan untuk fokus pada pencapaian jangka pendek demi mendapatkan imbalan kerja tersebut dan bukannya kepuasan pelanggan. Akibatnya, customer-centric strategies tidak bisa diterapkan.

Lihat contoh berikut ini: tim customer service memiliki target panggilan tertentu untuk mendapatkan insentif. Karena insentif diberikan jika tim mencapai jumlah panggilan yang ditetapkan, anggota tim jadi lebih berfokus pada panggilan yang diambil dan bukannya masalah pelanggan yang berhasil diselesaikan.

Agar perusahaan semakin customer-centric, diperlukan perubahan pada program insentif. Bila sebelumnya hanya menghitung metrik performa, tambahkan juga metrik mengenai pelanggan seperti Customer Satisfaction (CSAT) dan Net Promoter Score (NPS). Lakukan pengecekan program insentif secara rutin untuk memastikannya tetap sejalan dengan tujuan customer-centric.

Kurang Dukungan Pimpinan

Strategi yang mengedepankan pelanggan hanya bisa menjadi rencana semata jika tidak mendapatkan dukungan dari pimpinan. Tanpa dukungan mereka, strategi tidak akan mendapatkan sumber daya, prioritas dan perhatian yang dibutuhkan.

Tidak hanya itu, dukungan mereka juga sangat berpengaruh pada bagaimana perusahaan bekerja. Pemimpin yang tidak mendukung nilai customer-centric akan membuat karyawan di perusahaan ikut untuk tidak mengedepankan pelanggan pada pekerjaan mereka.

Sama seperti karyawan, para pemimpin juga membutuhkan wawasan mengenai customer-centric dan manfaatnya untuk perusahaan. Wawasan tersebut dapat disampaikan kepada pemimpin lewat sesi pelatihan atau workshop. Terus dorong mereka untuk terus berkomitmen dalam pelaksanaan customer-centric strategies.

Peraturan yang Kaku

Peraturan memang penting untuk perusahaan. Adanya peraturan membantu perusahaan dalam menjalankan operasi bisnis dengan baik. Meski begitu, peraturan yang terlalu kaku bisa menghambat inovasi pada bisnis, salah satunya penerapan customer-centric strategies.

Lingkungan perusahaan yang kaku membuat karyawan merasa tidak diapresiasi sehingga mempengaruhi kreativitas mereka. Inovasi-inovasi baru yang dibuat pun harus mengalami pantangan jika tidak sesuai dengan peraturan yang sudah dibuat.

Jadi, perusahaan perlu membuat kelonggaran dalam peraturan yang menumbuhkan fleksibilitas untuk berinovasi atau bereksperimen. Dengan peraturan yang lebih  fleksibel, perusahaan akan terbuka dengan ide baru serta terhindar dari stagnasi.

Kurang Pemahaman Tentang Pelanggan

Seberapa jauh perusahaan memahami pelanggan mereka? Pertanyaan ini sangat penting dalam pembuatan customer-centric strategies di perusahaan. Pandangan pelanggan yang akan menjadi acuan utama saat mengembangkan strategi tersebut.

Akan tetapi, tidak semua perusahaan bisa memahami pelanggan dengan baik. Biasanya hal ini disebabkan oleh kurangnya manajemen informasi yang didapat mengenai pelanggan atau informasi pelanggan yang tidak di-update. Dampaknya, strategi yang diciptakan perusahaan menjadi tidak akurat, seperti untuk personalisasi pelanggan.

Jika perusahaan memberikan pengalaman pelanggan yang buruk, mereka tidak akan sungkan untuk berpaling ke kompetitor. Fakta tersebut bisa dilihat dari hasil riset yang menunjukkan bahwa 89% konsumen berpindah ke kompetitor karena pengalaman pelanggan yang buruk.

Solusinya bisa dengan melakukan survei pelanggan secara rutin. Analisis feedback yang diberikan pelanggan mengenai layanan, produk atau bisnis secara keseluruhan. Di samping itu, kumpulkan feedback dari channel lainnya seperti media sosial supaya feedback yang didapatkan lengkap.

Penutup

Terdapat beberapa tantangan dalam menerapkan customer-centric strategies di perusahaan. Mulai dari tantangan pada sisi perusahaan sampai pelanggan. Oleh sebab itu, perusahaan perlu memperhatikan dengan baik solusi untuk tantangan-tantangan tersebut sehingga strateginya dapat berjalan dengan sukses.

Peran Innovation Labs dalam Meningkatkan Daya Saing Bisnis

Peran Innovation Labs dalam Meningkatkan Daya Saing Bisnis

Di era disrupsi seperti sekarang ini, inovasi menjadi kunci utama bagi perusahaan untuk bertahan dan berkembang. Innovation labs, atau sering juga disebut dengan istilah hubs, inkubator, atau akselerator, hadir sebagai wadah untuk mendorong lahirnya ide-ide baru dan inovatif yang dapat meningkatkan daya saing bisnis.

Lalu, apa sebenarnya innovation labs itu? Bagaimana perusahaan bisa memanfaatkan wadah ini sebagai cara untuk meningkatkan daya saing bisnis?

Apa Itu Innovation Labs?

Innovation labs adalah sebuah unit bisnis yang menerapkan berbagai metode untuk menghasilkan inovasi-inovasi bisnis yang diharapkan dapat menghasilkan gebrakan baru dalam industri. Di dalam innovation labs, tim yang terlibat akan melakukan proses kreatif seperti brainstorming dan design thinking untuk menemukan ide-ide baru yang mengarah pada inovasi.

Bagaimana Perusahaan Bisa Memanfaatkan Innovation Labs?

Perusahaan dapat memanfaatkan innovation labs dengan berbagai cara, di antaranya:

  • Mengembangkan produk dan layanan baru. Innovation labs dapat menjadi tempat untuk mengembangkan produk dan layanan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk memasuki pasar baru serta memperluas jangkauan konsumen yang ada saat ini
  • Meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Innovation labs dapat membantu perusahaan untuk menemukan cara baru untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasinya. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk menghemat biaya dan meningkatkan keuntungan
  • Meningkatkan budaya inovasi. Innovation labs dapat membantu perusahaan untuk menciptakan budaya inovasi di mana karyawan didorong untuk selalu berpikir kreatif dan mencari ide-ide baru. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk tetap terdepan dalam persaingan.

Bagaimana Peran Innovation Labs dalam Meningkatkan Daya Saing Bisnis?

Seperti yang sudah disebutkan di awal artikel, innovation labs merupakan wadah yang penting dalam mendukung inovasi. Inovasi sendiri merupakan kunci penting bagi sebuah bisnis untuk bisa memenangkan persaingan. Bagaimana kaitan antara innovation labs dengan peningkatan daya saing bisnis?

  • Membantu perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan. Dunia bisnis terus berubah dengan cepat. Innovation labs dapat membantu perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan ini dengan mengembangkan produk dan layanan baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar yang terus berkembang
  • Membantu perusahaan untuk menjadi lebih kompetitif. Innovation labs dapat membantu perusahaan untuk menjadi lebih kompetitif dengan mengembangkan produk dan layanan yang lebih baik daripada produk dan layanan pesaing
  • Membantu perusahaan untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik. Talenta terbaik selalu mencari peluang untuk bekerja di perusahaan yang inovatif. Innovation labs dapat membantu perusahaan untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik dengan menawarkan lingkungan kerja yang kreatif dan dinamis.

Agar semua tujuan ini dapat tercapai, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan maupun stakeholders:

  • Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, perusahaan perlu memastikan bahwa innovation labs memiliki sumber daya yang memadai, seperti dana, staf, dan teknologi
  • Perusahaan juga perlu memastikan bahwa innovation labs terintegrasi dengan baik dengan strategi bisnis secara keseluruhan
  • Yang terpenting, perusahaan perlu menciptakan budaya yang mendukung inovasi, di mana karyawan didorong untuk selalu berpikir kreatif dan mencari ide-ide baru.

Dengan menerapkan strategi inovatif melalui innovation labs, perusahaan dapat memperkuat posisi kompetitifnya, beradaptasi dengan perubahan pasar, dan menarik talenta terbaik. Dengan dukungan yang tepat, labs dapat menjadi pusat penggerak inovasi yang membawa kesuksesan jangka panjang bagi perusahaan.

 

Mengenal Continuous Performance Management Beserta Tujuannya Customized Training Solutions

Mengenal Continuous Performance Management Beserta Tujuannya

Tujuan perusahaan perlu didukung oleh kinerja karyawan yang berkualitas. Cara kerja tersebut perlu diatur sedemikian rupa supaya performa karyawan bisa konsisten.

Karena itu, perlu adanya penerapan continuous performance management. Cara ini dianggap lebih adaptif ketimbang metode penilaian kinerja lainnya.

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan manajemen kinerja berkelanjutan ini? Apa tujuan serta bagaimana cara penerapannya?

Yuk, kita simak pembahasan singkatnya dalam artikel ini.

Apa yang Dimaksud dengan Continuous Performance Management?

Dilansir dari LinovHR, manajemen kinerja berkelanjutan adalah sebuah proses manajemen yang memantau kinerja karyawan secara berkelanjutan dalam periode tertentu selama satu tahun.

Mengapa perlu adanya pengaturan seperti ini? Secara garis besar, hal ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas strategi bisnis perusahaan juga untuk mengukur kinerja karyawan dalam satu periode tertentu.

Pemantauan kinerja yang dilakukan secara konsisten akan menciptakan lingkungan kerja yang positif. Karyawan akan merasa dihargai karena menerima feedback mengenai pekerjaannya selama ini. Sementara itu, karyawan pun akan saling memberi masukan satu sama lain dalam melaksanakan tugas.

Tujuan Penerapan

Continuous performance management memang berperan untuk menjaga kualitas kinerja karyawan dan membantu perusahaan memenuhi target bisnisnya. Namun, ada sejumlah tujuan lain dari penerapan manajemen ini.

Apa saja tujuan tersebut? Berikut informasi yang dirangkum dari berbagai sumber.

1. Membangun relasi yang kuat antar karyawan

Manajemen kinerja ini mendorong komunikasi dua arah antar karyawan juga atasan. Komunikasi yang baik diperlukan agar semua elemen perusahaan memahami tujuan bisnis sehingga target akan lebih mudah tercapai.

Pada akhirnya, akan tercipta engagement yang kuat di lingkungan kerja.

2. Menekan tingkat turnover 

Pemantauan berkelanjutan harus diiringi dengan tindakan perbaikan atau evaluasi. Perbaikan yang rutin dilakukan akan meningkatkan kepuasan dari karyawan. Hal ini akan membantu menekan tingkat turnover di perusahaan.

3. Membentuk loyalitas karyawan

Feedback berkelanjutan yang dibarengi dengan evaluasi akan menumbuhkan rasa kepercayaan pada karyawan. Rasa percaya tersebut bisa membentuk loyalitas. Karyawan yang bekerja dengan penuh motivasi tentu akan memberi dampak positif pada performa bisnis. Target profit pun bisa lebih mudah dicapai.

 

Alur Continuous Performance Management

Apa saja tahap yang harus kita penuhi dalam manajemen kinerja berkelanjutan? Karena dilaksanakan terus-menerus, tahap-tahap ini akan membentuk sebuah siklus. Seperti apa pelaksanaannya?

1. Tahap perencanaan

Pada tahap ini, atasan harus merumuskan tujuan perusahaan. Tujuan harus digambarkan secara lengkap dan detail, mulai dari target jangka panjang, jangka pendek, serta tindakan apa yang harus dilakukan untuk memenuhinya.

Informasi yang spesifik juga akan lebih mudah dipahami karyawan sehingga mereka bisa melakukan pekerjaan yang diharapkan perusahaan.

2. Tahap pengamatan

Selanjutnya adalah pengamatan. Tahap ini bisa dilakukan beberapa kali dalam setahun tergantung pada kebutuhan perusahaan. Saat monitoring, akan terlihat seberapa efektif strategi bisnis bisa diterapkan. Akan tampak pula bagian-bagian yang belum berjalan sesuai target sehingga perlu dicarikan solusi.

3. Peninjauan kembali

Tahap ini merupakan momen untuk menjalankan komunikasi dua arah antara karyawan dengan atasan. Semua pihak memiliki kesempatan untuk mengutarakan pendapat dan masukan.

4. Penghargaan

Terakhir, perusahaan sebaiknya tidak lupa memberi penghargaan pada semua pihak yang telah memberikan kontribusi. Reward akan menumbuhkan motivasi pada pekerja untuk terus meningkatkan kinerjanya. Selain itu, otomatis akan muncul kompetisi berkaitan dengan performa kerja. Pada akhirnya, hal ini akan menguntungkan perusahaan.

 

Continuous performance management penting diterapkan untuk menjaga, bahkan meningkatkan kualitas kerja karyawan. Kinerja yang baik tentu akan turut membantu perusahaan mencapai target bisnis yang telah ditetapkan.

Ukur Kinerja Karyawan dengan Employee Appraisal System

Ukur Kinerja Karyawan dengan Employee Appraisal System

Kinerja karyawan yang stagnan akan membawa pengaruh buruk terhadap performa bisnis. Lantas, bagaimana caranya supaya produktivitas tetap di atas rata-rata? Anda bisa menggunakan employee appraisal system.

Artikel ini akan membahas tentang pengertian, tahap implementasi, hingga jenis-jenis sistem yang umum diterapkan. Yuk, kita pahami bersama.

Apa yang Dimaksud dengan Employee Appraisal System?

Secara umum, kita dapat mengartikan employee appraisal system sebagai sebuah metode yang berfungsi untuk mendokumentasikan dan mengevaluasi hasil kerja seorang karyawan.

Dilansir dari Glints, sistem ini merupakan bagian dari pengembangan karier pegawai yang juga berfungsi sebagai tinjauan berkala akan kinerja mereka. Hasil dari penilaian akan memberi pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan besaran gaji, kenaikan, hingga pemutusan hubungan kerja.

Untuk karyawan itu sendiri, ia akan mendapat masukan dari hasil kerjanya selama ini dan gambaran mengenai perkembangan karier.

Apa Saja Tahap Penerapan Employee Appraisal System?

Bagaimana penilaian terhadap performa kerja pegawai bisa dilakukan? Terdapat beberapa tahap yang harus dilalui dalam melaksanakan employee appraisal system. Tahap-tahap tersebut adalah:

  1. Menentukan standar kinerja

Dilansir dari Mekari Talenta, standar kinerja meliputi kompetensi, prestasi, juga hasil yang diperoleh. Sifatnya harus jelas dan spesifik. Umumnya, ketentuan ini dibuat oleh manajer.

  1. Menyampaikan standar kinerja pada pegawai

Standar kinerja harus disampaikan pada karyawan agar mereka mengetahui tujuan perusahaan. Namun, perusahaan juga harus membuka diri untuk menerima masukan dari pihak pekerja. Jadi, komunikasi harus berjalan dua arah.

1. Mengukur kinerja aktual

Tahap selanjutnya adalah penilaian terhadap hasil kerja nyata yang didasari pada temuan fakta, data, dan laporan. Tahap ini harus dilakukan secara objektif, tidak boleh melibatkan unsur subjektif maupun perasaan.

2. Membandingkan kinerja aktual dengan standar yang ditetapkan

Kemudian, bandingkan hasil kerja yang telah dilakukan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Di sini, akan terlihat apabila ada cara kerja yang belum sesuai harapan.

3. Diskusi dan evaluasi

Terakhir, diskusikan hasil perbandingan dengan karyawan. Tampilkan penilaian yang akurat mengenai kelebihan dan kekurangan karyawan. Selanjutnya, perusahaan bisa mengambil tindakan perbaikan untuk mengatasi kekurangan yang masih terjadi.

4 Jenis Employee Appraisal System

Ternyata, ada beberapa jenis appraisal system dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Artikel ini akan membahas empat metode yang umum diterapkan, yakni:

1. Penilaian secara tradisional

Penilaian ini dilakukan dengan cara pembahasan tatap muka antara atasan dengan bawahannya. Dalam meeting ini, akan dibahas kinerja karyawan selama periode setahun yang telah dilalui. Hasil penilaian nantinya akan menjadi bahan pertimbangan untuk kenaikan gaji dan penghargaan lainnya.

2. Self-appraisal

Metode ini bisa menumbuhkan rasa tanggung jawab karyawan lantaran ia harus menilai kinerjanya sendiri. Karyawan akan membuat penilaian mengenai kelemahan dan keunggulan serta hal-hal yang perlu dievaluasi.

3. Employee-initiated review

Employee-initiated review maksudnya adalah, karyawan dapat meminta manajer untuk meninjau kinerja mereka. Metode seperti ini dapat menumbuhkan kemampuan manajemen pekerja atas diri mereka sendiri.

4. 360-degree feedback

Metode penilaian kinerja yang terakhir adalah feedback 360 derajat. Penilaian ini melibatkan berbagai pihak yakni atasan, rekan kerja, pelanggan, dan karyawan itu sendiri. Karena melibatkan sejumlah pihak, hasil penilaian 360-degree feedback boleh dikatakan bersifat menyeluruh.

 

Demikian ulasan mengenai employee appraisal system. Penilaian yang dilakukan secara berkala akan memberi karyawan feedback yang objektif mengenai kinerja mereka. Tentu saja hal ini berguna meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja mereka. Pada akhirnya, performa bisnis perusahaan pun akan turut meningkat.